Saturday 21 January 2012

Bersekolah di Sekolah Nasional, Memiliki Ijazah Internasional?

Sekolah dengan plat "Internasional" bermunculan di kota-kota besar di Indonesia. Banyak sekolah berlomba-lomba menggapai status Nasional Plus atau bahkan Internasional untuk mendongkrak nama. Ada yang betul-betul berinvestasi pada gedung baru/perbaikan gedung, fasilitas sekolah baru, dan guru-guru yang memang berkompeten baik impor maupun lokal. Ada yang sekedar menggunakan buku-buku kurikulum internasional sehingga terlihat sudah memiliki konten internasional, namun tidak dibarengi dengan penggunaan tenaga guru-guru yang memang berkompeten dalam mengajar kurikulum internasional yang diadposinya.

Orang tua juga seperti berlomba-lomba menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah "Internasional" ini dengan harapan anak-anak bisa bersaing di dunia yang semakin global di masa depan. Namun, orang tua yang bijak tentunya perlu berhati-hati dalam memilih sekolah yang sesuai untuk anaknya dan juga sesuai dengan kantong orang tua murid. Opsi homeschooling juga perlu dipertimbangkan kalau memang keadaan mendesak (homeschooling pernah dibahas secara pada posting yang terdahulu).

Lantas bagaimana dengan anak-anak yang sudah bersekolah di sekolah Nasional dan dengan berbagai alasan tidak bisa pindah ke sekolah Internasional? Apakah hanya dibiarkan kehilangan kesempatan begitu saja?

Edumate International Tuition & Training Centre menjawab masalah ini dengan menyediakan tutor-tutor yang berpengalaman mengajarkan kurikulum internasional. Anak Anda tetap bisa bersekolah seperti biasa di sekolahnya, namun mendapat pelajaran tambahan  yang bermuatan internasional di rumah ataupun di educentre kami, dan diarahkan untuk sanggup mengikuti ujian-ujian internasional seperti IPSLE, IGCSE, "A" Level, atau SAT.

Tentunya solusi begini bisa lebih menguntungkan karena anak Anda tidak kehilangan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar yang dia peroleh dari sekolah Nasional, dan tetap dapat bersaing di kancah Internasional.
Anak Anda juga dapat membandingkan kedua kurikulum dan akan timbul pengayaan pengetahuan dan budaya dalam dirinya karena keduanya akan saling melengkapi.

Home Education

Apakah sekolah nasional plus ataupun internasional pasti memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak Anda?


Kalau anak Anda senang di sekolahnya dan Anda juga senang bahwa mereka bisa mencapai potensialnya, mungkin tidak ada alasan untuk mempertimbangkan home education. Namun, banyak anak-anak merasa bosan atau frustrasi di sekolah, dan sebagian bahkan berjuang untuk memahami apa yang diajarkan guru karena kecepatan belajar lebih ditentukan oleh penyelesaian kurikulum, guru dan teman sekelasnya. Tidak mungkin 30 anak atau lebih dalam satu kelas bisa belajar dengan cara yang sama dan kecepatan yang sama, dan pekerjaan guru sudah cukup sulit dan menyita waktu, sehingga kurang bisa memberi perhatian individual kepada tiap-tiap murid.
Juga bisa terjadi anak-anak menjadi sensitif karena mungkin sudah sering disakiti dengan diejek atau dibuat merasa tidak kompeten dengan berbagai cara oleh teman-temannya. Dalam kasus begini, Edumate International Home Schooling bisa memberikan alternatif praktis menggantikan sekolah.
Apapun alasannya untuk mendidik anak di rumah, Anda perlu pastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan terbaik agar mereka bisa mengikuti ujian-ujian di luar lingkungan sekolah tradisional, termasuk yang bersifat internasional seperti IPSLE, IGCSE, "A" Level, SAT.

Why choose Edumate International Home Schooling?

Kami spesialis dalam kurikulum Internasional dan dalam mempersiapkan murid-murid menghadapi ujian IPSLE, IGCSE, "A" Level, atau SAT.

Anak Anda bisa mendapatkan pendidikan berkurikulum dan bertaraf internasional dengan biaya yang relatif lebih terjangkau daripada mengirim mereka ke sekolah internasional.

Banyak murid-murid yang mempunyai pengalaman tidak enak mengenai belajar di sekolah dan motivasi belajar menurun karenanya. Padahal proses belajar seharusnya tidak susah dan membosankan. Kami berusaha membuat proses belajar mengajar di Edumate International Homeschooling suatu pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat. Setiap pelajaran dirancang oleh pakar di bidangnya, dan kami memastikan team kami bisa dihubungi untuk membantu anak-anak Anda.

Monday 16 January 2012

HOTS (higher order thinking skill)

HOTS (higher order thinking skill) bergeser dari skill tipe pengetahuan umum ke thinking skills seperti : sintesa, analisa, bernalar, pemahaman, aplikasi, evaluasi. Daripada menekankan pada aktivitas pelatihan dan pengulangan, fokusnya lebih kepada problem solving dan thinking skills yang lebih tinggi levelnya. Walaupun banyak anak yang punya masalah ketidakmampuan belajar/learning-disabled diajari lebih banyak pelatihan dan pengulangan, ada riset yang hasilnya tidak memihak pada cara pelatihan/pengulangan ini tetapi justru menemukan bahwa cara HOTS lebih berguna. Anak yang learning-disabled biasanya lemah memorinya, maka dari itu bisa diuntungkan dengan cara belajar HOTS  yang mengembangkan thinking skills, yang mengajari mereka bagaimana menjadi problem solvers. HOTs dirancang untuk mengembangkan dan meningkatkan pengembangan kognitif.
Alih-alih bertanya apa, HOTS bertanya seperti: apa dampak dari...., jelaskan mengapa......, evaluasi signifkasi dari......, mengapa Anda berpikir bahwa......dll.

Singapore Maths 2

Metode Singapore Maths kurang berfokus pada hafalan/cara mengerjakan soal dan lebih berfokus pada cara membuat murid mengerti hubungan antara bilangan-bilangan.

Oleh gurunya, murid-murid diperkenalkan pada contoh konkrit seperti blok dan dadu dalam penjelasan konsep matematika. Singapore Maths berfokus pada pembuatan model dan penyelesaian masalah (problem solving) dengan gambar/piktorial sebelum berpindah pada yang lebih abstrak.
Biasanya di negara-negara lain, pada tingkat rendah atau angka-angka kecil, guru-guru memang menggunakan contoh-contoh konkrit untuk menjelaskan misalnya konsep penjumlahan/pengurangan, namun segera berpindah ke bentuk abstrak pada tingkat yang lebih tinggi/rumit atau angka-angka yang lebih besar, sehingga piktorial/modeling terabaikan, padahal piktorial/model adalah cara yang sangat bagus untuk menjembatani antara bentuk konkrit dan abstrak. Ini sebenarnya cara terbaik seorang anak belajar. Sayangnya jaman dulu kita tidak diajari dengan cara begitu. Bahkan banyak sekolah di Amerika Serikat telah mengimplementasi metode Singapore Maths ini ke dalam kurikulum mereka.

Dalam Singapore Maths, konsep-konsep penting dibangun lebih dulu, jadi tidak terlalu membuang waktu untuk mengajarkan kembali konsep-konsep kunci setiap memulai pelajaran baru.
Dalam program ini, siswa-siswa mengerti konsep-konsep matematika dan membuat hubungan antara bilangan, belajar bagaimana melakukan mental calculation dan sebagai hasilnya bisa mengurangi pengulangan konsep. Cara lama biasanya mengajarkan topik per topik secara terpisah, dan soal-soalnya tidak ada saling keterkaitan atau pengulangan sampai menjelang Ujian Semester.

Elemen visual, termasuk picture-based problem solving dan model-drawing yang membuat program programmya child-friendly. Semuanya lebih mengenai pengertian 'why' dan konsep matematika, daripada rumus-rumus hafalan.
Fakta bahwa program ini merepresentasi topik matematika dari konkrit ke piktorial ke abstrak yang membuat banyak guru menyambut antusias program ini di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.
Para siswa diberi visual tools yang baik, seperti number bonds dan bar models yang secara visual menjelaskan hubungan antara bilangan-bilangan. Murid-murid terus-menerus ditantang untuk betul-betul berpikir saat mereka mengerjakan soal, dan karena tidak boleh/bisa langsung "masuk rumus", maka akan dapat menstimulasi otak mereka.

Metode ini pertama diciptakan di Singapura di awal tahun 1980-an ketika negara tersebut memutuskan untuk berhenti mengimpor buku teks dari negara lain dan membentuk kurikulum mereka sendiri yang berfokus pada problem solving.
Di tahun 1992, diciptakan edisi kedua yang berfokus lebih kuat lagi pada problem solving menggunakan model drawing sebagai metode problem solving. Ketika Singapura mulai memimpin dunia dalam pendidikan matematika dasar di tahun 1995, negara-negara lain mulai melirik dan mengimpor buku-buku matematikanya.

Metode ini memungkin murid-murid belajar dengan kecepatan mereka masing-masing. Ini memungkinkan murid-murid membangun fondasi kuat dalam skill matematika dasar untuk bekal problem yang lebih kompleks nantinya. Pada kelas 4, 5, dan 6 kecepatannya bisa diakselerasi karena kerumitan masalah ditingkatkan juga.

Guru-guru dan para kepala sekolah yang telah berpindah ke metode Singapore Maths ini menemukan bahwa cara belajar yang hands-on membuat murid mengerti konsepnya lebih cepat, dan meningkatkan pengertian dan kemampuan memecahkan masalah siswa.

Untuk SD tingkat rendah, daripada membuat murid-murid melototi flashcards atau soal-soal di buku saja, seorang guru bisa menggunakan blok-blok untuk mengilustrasikan konsep penjumlahan dan pengurangan dasar. Kemudian sang guru bisa implementasikan ke word problems, yang akan gampang diselesaikan siswa-siswa.
Untuk SD tingkat lebih tinggi, soal-soal yang biasanya harus dikerjakan dengan aljabar yang melibatkan abstraksi yang rumit (dan oleh karenanya aljabar hanya mulai diperkenalkan pada tingkat SMP), dengan model-drawing bisa diselesaikan dan dimengerti oleh anak SD kelas 4 sampai 6.