Kita mungkin pernah mendengar istilah "belajar kognitif". Dulu, "belajar kognitif" hanyalah istilah akademis yang menarik hanya bagi sebagian pendidik dan jarang didengar dalam konteks lainnya. Hari ini, Anda mungkin mendengar itu sering digunakan dalam diskusi tentang pembelajaran umum; apakah itu dalam percakapan bisnis, sekolah, pelajaran keterampilan, ataupun panduan
self-help. Penyerapan dan integrasi informasi adalah kesamaan yang menghubungkan yang berbeda. Jika kita menemukan diri kita ditekan dengan tugas menguasai sesuatu yang baru atau lupa, belajar kognitif menjadi sangat berharga. Dengan kata lain, pembelajaran kognitif dapat digunakan untuk benar-benar meningkatkan setiap hal dalam kehidupan kita!
Jadi, apa sebenarnya belajar kognitif? Dalam arti luas, belajar kognitif mengacu pada penggunaan akal dan kesadaran untuk mengintegrasikan pengetahuan baru. Dengannya kita mengambil sesuatu yang saat ini tidak kita ketahui, menjadi sadar akan hal itu, merenungkan hal itu, dan konseptualisasi hal tersebut akhirnya. Seberapa baik seseorang dapat melakukan tugas-tugas belajar disebut "keterampilan kognitif" orang tersebut. Bagaimana mengembangkan kemampuan kognitif seseorang dapat tergantung pada beberapa faktor. Misalnya, budaya di mana seseorang dibesarkan, cara di mana seseorang dididik dan motivasi individu untuk belajar menentukan kemampuan belajar kognitif seseorang. Tujuan dari mempelajari pembelajaran kognitif adalah untuk meningkatkan sarana untuk orang yang belajar hal-hal baru dan mengadopsi perilaku baru.
Tujuan utama dari pembelajaran kognitif adalah untuk mengajarkan bagaimana seseorang berusaha untuk mencari jawaban atas masalah mereka sendiri. Idealnya, apa yang terjadi dengan belajar kognitif adalah bahwa ketika Anda diajarkan sesuatu yang baru, Anda akan kemudian bernalar/ berpikir tentang hal ini, memahaminya cukup baik untuk memasukkannya ke dalam kata-kata Anda sendiri, dan kemudian menyesuaikan pengetahuan baru ini dengan apa yang sudah Anda ketahui. Cara menyerap informasi baru yang terintegrasi ini dianggap sebagai bentuk tertinggi dari pembelajaran. Pembelajaran kognitif adalah sebuah proses, biasanya terdiri dari tiga bentuk yang berbeda dari cara memperoleh pengetahuan: Pengingatan (Memorisation), Pemahaman (Understanding), dan Aplikasi (Application).
Pengingatan (Memorisation) adalah cara yang paling dasar untuk mendapatkan informasi baru, dan itu sangat efektif bila meliputi pembelajaran fakta-fakta dasar dan angka. Misalnya, belajar tabel perkalian atau bahwa Pergerakan Kebangkitan Nasional dimulai pada tahun 1908 adalah jenis informasi orang dapat dengan mudah diperoleh melalui menghafal. Namun, kelemahan dari menghafal adalah bahwa hal itu tidak mengajarkan Anda lebih jauh dari data itu sendiri, itulah sebabnya mengapa banyak peserta didik merasa menghafal membosankan.
Memahami (To Understand) lebih berarti daripada menghafal karena berkaitan informasi baru untuk informasi yang sudah Anda miliki. Sebagai contoh, Anda mungkin bisa melihat pada pelajaran matematika bahwa mengetahui tabel perkalian mungkin membawa Anda pada pengertian akan hubungan antara angka, atau pada pelajaran sosial memahami apa yang dimaksud dengan revolusi politik. Namun kekurangannya, walau pemahaman merupakan bentuk yang lebih tinggi dari pembelajaran, namun masih merupakan pengetahuan yang didapat hanya pada tingkat abstrak. Pelajar masih terus berhadapan dengan konsep-konsep, sebagai lawan untuk hal-hal di dunia nyata.
Aplikasi (Appplication) adalah bentuk tertinggi dari kognisi yang dicapai bila peserta didik benar-benar dapat mengambil apa yang telah mereka hafal dan pahami dan kemudian menerapkannya untuk hal-hal di dunia nyata. Hal ini akan terjadi jika seseorang murid menggunakan tabel perkalian untuk menemukan jawaban yang melibatkan hubungan antara objek yang sebenarnya dia temui dalam kehidupan sehari-hari, atau menggunakan apa yang Anda pelajari tentang Revolusi di jaman pasca kemerdekaan untuk membentuk opini tentang isu politik saat ini. Tes yang sesungguhnya adalah apakah pelajar dapat menggunakan pengetahuan baru yang telah mereka peroleh dalam situasi yang mereka tidak ditemukan sebelumnya atau dapat melihat situasi yang sudah sering dialami dengan cara baru.
Intinya adalah bahwa kemampuan belajar kognitif seseorang akan sangat menentukan apakah Anda seorang pelajar yang baik atau apakah Anda akan berjuang untuk belajar. Konsekuensinya, ketika anak-anak tidak mengembangkan keterampilan belajar kognitif dengan baik, mereka sangat rentan untuk tertinggal di sekolah karena mereka tidak dapat mengintegrasikan pelajaran baru dengan yang sebelumnya. Masalahnya menjadi lebih buruk ketika, karena terlalu sering terjadi, anak-anak dilewatkan ke kelas berikutnya tanpa harus menguasai materi akademik sebelumnya karena kurangnya keterampilan kognitif. Orang dewasa tanpa keterampilan tersebut akan memiliki waktu sulit bersaing untuk tampil di pekerjaan atau tingkat tinggi dan akan memiliki pendapatan seumur hidup yang lebih rendah. Mereka juga cenderung kurang efektif dalam menangani interaksi sosial atau mengubah perilaku mereka sendiri untuk menjadi lebih baik.
Itulah sebabnya mengapa begitu banyak penelitian dan eksperimen dalam bagaimana mengembangkan keterampilan belajar kognitif saat ini sedang berlangsung, dan mengapa menjadi perhatian orang-orang yang peduli akan pendidikan yang efektif dalam tahun-tahun mendatang.